Kamis, 06 November 2025

LATIHAN SOAL

 SOAL PELUANG





  • Dalam ruang tunggu, terdapat tempat duduk sebanyak kursi yang akan diduduki oleh 5 pemuda dan 4 pemudi. Banyak cara duduk berjajar agar mereka dapat duduk selang-seling pemuda dan pemudi dalam satu kelompok adalah ...
  •  Dari angka-angka : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 akan disusun suatu bilangan yang terdiri dari 3 angka dengan tidak ada angka yang berulang. Banyak bilangan yang dapat disusun lebih dari 320 adalah ...
  •  Ada 7 orang anak akan foto bersama tiga-tiga di tempat penobatan juara I, II, dan III. Jika salah seorang diantaranya harus selalu ada dan selalu menempati tempat juara I, maka banyak foto berbeda yang mungkin tercetak adalah ...
  • Dari 15 calon pengurus PMR akan dipilih ketua, sekretaris, dan bendahara. Banyak cara memilih pengurus PMR adalah ...
  • Seorang siswa diwajibkan mengerjakan 12 dari 15 soal, tetapi nomor 1 sampai 6 wajib dikerjakan. Banyak pilihan yang harus diambil siswa tersebut adalah ...
  • Setiap 2 warna yang berbeda dicampur dapat menghasilkan warna baru yang khas. Banyak warna baru yang khas apabila disediakan 5 warna yang berbeda adalah ...
  • Sebuah kotak berisi 6 bola putih dan 7 bola biru. Dari dalam kotak diambil 3 bola sekaligus, banyak cara pengambilan sedemikian hingga sedikitnya terdapat 2 bola biru adalah ...
  • Diketahui 9 titik dan tidak ada 5 titik atau lebih segaris. Banyak segitiga yang dapat dibentuk dari titik-titik tersebut adalah ...

Silakan kirim jawaban di kolom komentar

Jumat, 31 Oktober 2025

Hari Belajar Guru Berbagi Praktik Baik di SMA Negeri 10 Kota Malang "Pembuatan Game Berbasis AI dalam Pembelajaran"

Kota Malang, 31 Oktober 2025 - Suasana semangat dan antusiasme guru-guru SMA Negeri 10 Kota Malang dan SMA Surya Buana tampak jelas dalam kegiatan Hari Belajar Guru Berbagi Praktik Baik yang diselenggarakan pada setiap hari jum’at. Kegiatan ini di isi oleh pemateri Fadhlur Rahman, M.Pd., yang membawakan topik menarik berjudul “Pembuatan Game Berbasis AI dalam Pembelajaran.”

Melalui kegiatan ini, para pendidik diajak untuk mengeksplorasi pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan dalam proses belajar mengajar, khususnya melalui pengembangan game edukatif yang interaktif dan menyenangkan bagi peserta didik.

Dalam sesi berbagi praktik baik tersebut, Fadhlur Rahman, M.Pd. memberikan panduan praktis mengenai bagaimana guru dapat menggunakan platform digital seperti Canva dan teknologi AI untuk merancang game edukatif yang relevan dengan kurikulum. Para peserta juga berkesempatan untuk mencoba langsung membuat prototipe game sederhana berbasis pembelajaran aktif.

Kegiatan berjalan dengan hangat dan inspiratif. Sambutan dari para guru peserta begitu positif, mencerminkan semangat kolaboratif dan keinginan untuk terus berinovasi dalam mengembangkan metode pembelajaran yang kreatif.


“Kami sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini karena terus membuka wawasan bagi guru untuk memanfaatkan teknologi AI dalam kelas. Pembelajaran kini bisa lebih menarik dan bermakna,”.

Melalui kegiatan ini, SMA Negeri 10 Kota Malang menunjukkan komitmennya untuk terus mendorong peningkatan kompetensi guru dan penerapan teknologi dalam dunia pendidikan. Semoga praktik baik ini menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain dalam mewujudkan pembelajaran abad ke-21 yang adaptif dan inovatif.

Selasa, 28 Oktober 2025

Sumpah Pemuda dan Adab di Era Digital

Setiap kali tanggal 28 Oktober tiba, bangsa Indonesia kembali mengenang sebuah momen penting yang menjadi tonggak persatuan - Sumpah Pemuda 1928. Ikrar yang lahir dari keberanian dan tekad anak muda saat itu bukan hanya menjadi bagian dari sejarah, tetapi juga sumber inspirasi yang tak lekang oleh waktu. Para pemuda dari berbagai suku, bahasa, dan latar belakang bersatu dengan satu cita-cita luhur "membangun Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan bermartabat".

Namun, hampir satu abad setelah ikrar itu diucapkan, tantangan bagi generasi muda telah berubah. Kita tidak lagi berhadapan dengan penjajahan fisik, tetapi dengan krisis moral dan adab di era digital. Dunia maya yang menawarkan kebebasan tanpa batas sering kali menjebak generasi muda dalam euforia kebebasan tanpa tanggung jawab. Teknologi yang seharusnya menjadi sarana untuk menebar kebaikan dan pengetahuan, justru kerap digunakan untuk menyebarkan kebencian, hoaks, atau sekadar mencari sensasi sesaat.

Di tengah derasnya arus informasi, banyak yang cerdas secara akademik namun kehilangan arah secara etik. Inilah yang disebut krisis adab - ketika kepintaran melampaui kebijaksanaan, dan kebebasan tidak lagi dibarengi dengan kesantunan. Padahal, adab adalah dasar dari peradaban. Tanpa adab, ilmu kehilangan makna; tanpa etika, teknologi menjadi bumerang.

Generasi muda sebagai pewaris cita-cita Sumpah Pemuda memiliki tanggung jawab besar untuk mengembalikan nilai-nilai moral. Semangat pemuda 1928 seharusnya tidak hanya dikenang, tetapi dihidupkan kembali dalam perilaku nyata, berani berpikir kritis tanpa menghina, berani berbeda tanpa merendahkan, dan berani bersuara tanpa kehilangan sopan santun. Di era digital, menjadi pemuda beradab adalah bentuk perjuangan baru - perjuangan melawan ego, kebencian, dan kemalasan berpikir.

Menjadi pemuda Indonesia hari ini berarti siap memikul tanggung jawab moral untuk menjaga peradaban bangsa. Menggunakan teknologi dengan bijak, menulis dengan empati, berbicara dengan hormat, dan berperilaku dengan tanggung jawab. Sumpah Pemuda bukan lagi sekadar sejarah yang dibacakan dalam upacara, tetapi jiwa yang hidup di setiap tindakan dan keputusan anak muda yang mencintai negerinya.

“Bangsa ini tidak akan runtuh karena kurangnya teknologi, tetapi karena hilangnya adab generasi mudanya.”

Marilah generasi muda Indonesia kembali menyalakan semangat itu - bukan hanya di ruang kelas atau media sosial, tetapi dalam cara kita berpikir, berperilaku, dan menghargai sesama. Jadilah generasi yang bukan hanya cerdas, tetapi juga santun. Karena dari tangan pemuda yang berilmu dan beradab, masa depan bangsa ini akan tetap beradab pula.

Senin, 27 Oktober 2025

Krisis Adab di Era Digital

Kondisi saat ini di zaman di mana kecanggihan teknologi melaju begitu cepat, tetapi sayangnya tidak selalu diikuti dengan kemajuan akhlak. Generasi yang kini berusia remaja tumbuh dalam dunia serba digital, di mana layar ponsel sering kali lebih menarik daripada sapaan orang tua atau guru. Namun di balik kecerdasan digital mereka, muncul kekhawatiran besar: penurunan adab dan krisis moralitas.

Sering kita menyaksikan bagaimana perubahan perilaku ini tampak di sekolah-sekolah "tidak semua anak, melainkan sebagian besar". Siswa lebih berani berbicara tanpa izin, menantang argumen guru, bahkan terkadang menganggap etika sebagai hal sepele. Media sosial pun menjadi tempat di mana bahasa sopan berganti dengan sindiran, dan kejujuran tergeser oleh pencitraan.

Penyebabnya tidak sederhana. Arus informasi yang tanpa batas telah menjadikan media digital sebagai “guru kedua”, yang sayangnya tidak selalu mengajarkan kebenaran dan kebaikan. Banyak anak lebih mengenal influencer daripada tokoh teladan, lebih hafal tren viral daripada nilai-nilai moral.

Namun saya percaya, semua ini belum terlambat untuk diperbaiki. Sekolah dan keluarga perlu kembali berkolaborasi menanamkan nilai-nilai dasar: menghormati yang lebih tua, berbicara dengan santun, dan bertanggung jawab atas ucapan maupun tindakan. Pendidikan karakter tidak boleh hanya menjadi slogan di dinding kelas, tetapi harus dihidupkan melalui teladan dan kebiasaan.

Kita harus mengingat kembali pesan para ulama dan pendidik terdahulu:

“Ilmu tanpa adab adalah kesesatan, dan adab tanpa ilmu adalah kelemahan.”

Anak saat ini"2025" memiliki potensi luar biasa - mereka kreatif, adaptif, dan cepat belajar. Namun semua itu akan sia-sia tanpa landasan adab. Mari kita kembalikan pendidikan kepada ruhnya: membentuk manusia berilmu yang beradab. Karena bangsa yang besar tidak hanya diukur dari kemajuan teknologinya, tetapi dari tinggi rendahnya budi pekerti generasinya.

Minggu, 26 Oktober 2025

Ketika Tong Kosong Ingin Terlihat Bergema: Krisis Apresiasi dalam Kepemimpinan

Dalam dinamika sebuah tim, kehadiran pemimpin seharusnya menjadi sumber inspirasi, bukan sekadar simbol otoritas. Namun, di beberapa lingkungan kerja dan organisasi, muncul fenomena yang cukup menyedihkan: pemimpin yang lebih sibuk terlihat “memimpin” daripada benar-benar memimpin.

Mereka sering tampil di depan dengan kata-kata besar, tetapi minim tindakan nyata. Saat anggota tim bekerja keras mencapai target, penghargaan yang semestinya diberikan justru diabaikan. Alih-alih memberi apresiasi, sang pemimpin lebih memilih menonjolkan dirinya sendiri di hadapan atasan atau publik - seolah keberhasilan tim adalah hasil kerja tunggalnya.

Sikap seperti ini menciptakan efek domino yang berbahaya. Anggota tim merasa tidak dihargai, motivasi menurun, dan budaya kerja kolaboratif tergantikan oleh rasa enggan dan apatis. Dalam jangka panjang, tim kehilangan semangat inovatifnya karena tidak ada lagi ruang untuk pengakuan dan kepercayaan.

Padahal, pemimpin sejati bukanlah yang hanya bicara tanpa tau apa yang menjadi hambatan. Ia bukan hanya mengarahkan, tetapi juga menumbuhkan. Ia memahami bahwa apresiasi sederhana bisa menjadi bahan bakar semangat yang luar biasa bagi anggotanya.

"Sudah saatnya setiap pemimpin bercermin"
Apakah saya benar-benar memimpin, atau hanya berusaha terlihat seperti pemimpin?

Karena, sebagaimana pepatah lama mengatakan - tong kosong memang nyaring bunyinya, tetapi tidak pernah mampu mengisi dahaga kemajuan sebuah tim.

Rabu, 22 Oktober 2025

Munaqosyah 2 Metode Al Bayan Lil Muslimin: Wujud Pembelajaran Al-Qur’an yang Berkelanjutan


Malang, 16 Oktober 2025
 - SMA Surya Buana Malang kembali melaksanakan kegiatan Munaqosyah 2 sebagai bagian dari program pembelajaran metode Al Bayan Lil Muslimin dengan Rasm Utsmani standar Madinah. Kegiatan ini merupakan tahap evaluasi penting bagi para peserta didik yang akan naik dari Jilid 2 ke Jilid 3, sebagai bentuk kelanjutan dalam memperdalam kemampuan membaca dan melafalkan Al-Qur’an dengan baik dan benar.

Suasana kegiatan berlangsung hangat dan penuh semangat. Para peserta dari halaqah Ustadzah Fifi dan Ustadzah Aditya maju satu per satu untuk diuji kemampuan bacaannya di hadapan penguji. Munaqosyah ini tidak hanya menjadi ajang evaluasi, tetapi juga sebagai sarana pembinaan karakter dan pembiasaan membaca Al-Qur’an secara tartil.

Penilaian serta bimbingan langsung diberikan oleh Ust. Ahmad Zain Fuad, S.Si., S.Pd., M.Pd., yang memberikan apresiasi atas kesungguhan para peserta. Dalam kesempatan tersebut, beliau juga menyampaikan pentingnya konsistensi dan ketekunan dalam menjaga kualitas bacaan agar semakin fasih dan sesuai dengan kaidah tajwid serta makhraj huruf yang benar.

“Dengan adanya munaqosyah seperti ini, para siswa diharapkan lebih mantap dan percaya diri dalam membaca Al-Qur’an, serta siap melanjutkan ke tingkat berikutnya,” ujar Ust. Ahmad Zain Fuad.

Kegiatan Munaqosyah 2 ini berlangsung dengan lancar, tertib, dan penuh keberkahan. Melalui kegiatan rutin seperti ini, SMA Surya Buana Malang terus berkomitmen untuk menumbuhkan generasi Qur’ani yang cerdas, berakhlak mulia, dan cinta terhadap Al-Qur’an.

Penanaman Pohon untuk Lingkungan yang Asri dan Edukatif di SMA Surya Buana Malang

Malang, 21 Oktober 2025 - Dalam upaya mewujudkan lingkungan sekolah yang hijau, rindang, dan edukatif, SMA Surya Buana Malang mengadakan kegiatan penanaman pohon di area sekolah. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kepala Sekolah Drs. Tri Suharno, M.Pd (de facto) bersama sebagian guru dan karyawan.

Sebanyak 26 pohon ditanam dalam kegiatan tersebut, terdiri atas 23 pohon Tabebuya, 2 pohon Mangga Gadung, dan 1 pohon Sukun. Pemilihan jenis tanaman dilakukan dengan pertimbangan manfaat lingkungan sekaligus nilai edukatif bagi siswa.

“Kami berharap kegiatan ini tidak hanya memperindah lingkungan sekolah, tetapi juga menjadi sarana pembelajaran nyata bagi siswa tentang pentingnya menjaga alam dan mengenal jenis tanaman produktif,” ujar Drs. Tri Suharno, M.Pd.

Selain berfungsi untuk mewujudkan kerindangan dan kesejukan lingkungan sekolah, beberapa tanaman yang bersifat produktif seperti mangga dan sukun juga diharapkan dapat digunakan sebagai media pembelajaran biologi dan lingkungan hidup. Dengan demikian, siswa dapat mempelajari proses pertumbuhan, ekosistem, serta manfaat tanaman secara langsung.

Kegiatan penanaman ini juga menjadi bagian dari program "Sekolah Berbudaya Lingkungan" yang sedang digalakkan oleh SMA Surya Buana Malang, sebagai wujud komitmen terhadap pelestarian alam dan penguatan karakter peduli lingkungan bagi seluruh warga sekolah.

SMA Surya Buana Malang Gelar Supervisi Pembelajaran Mendalam Perdana


Malang, 13 Oktober 2025 — SMA Surya Buana Malang melaksanakan kegiatan supervisi pembelajaran mendalam (deep learning) untuk pertama kalinya sejak diterapkannya kebijakan pembelajaran mendalam oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). Kegiatan supervisi ini berlangsung selama lima hari, mulai Senin hingga Jumat, 13–17 Oktober 2025. Pelaksanaan supervisi dipimpin langsung oleh Kepala SMA Surya Buana Malang bersama pengawas dari Cabang Dinas Pendidikan Kota Malang–Kota Batu.

Supervisi ini bertujuan untuk memastikan implementasi pembelajaran mendalam berjalan sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Kemendikdasmen, serta untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar di lingkungan sekolah.

Drs. Tri Suharno,M.Pd. Kepala de Facto SMA Surya Buana Malang menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi langkah awal bagi sekolah dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif pada peserta didik. 

“Kami berharap supervisi ini dapat menjadi sarana refleksi dan peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. Pembelajaran mendalam bukan hanya tentang memahami materi, tetapi juga bagaimana siswa dapat mengaitkannya dengan kehidupan nyata,” ujarnya.

Selama kegiatan berlangsung, para guru mendapatkan pendampingan langsung dari pengawas dan kepala sekolah terkait penerapan prinsip-prinsip deep learning di kelas.  Supervisi ini diharapkan dapat mendorong inovasi pembelajaran di SMA Surya Buana Malang menuju pendidikan yang lebih bermakna dan berorientasi pada pengembangan karakter siswa. (Zain)